Nama : Carissa Zeta Ardani
NPM : 11218499
Kelas : 3EA14
Materi 1 :
Kode Etik Profesi Dalam Lingkungan Bisnis
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa kasus pelanggaran etika profesi pada PT. Dutasari Citra Laras disebabkan karena rekayasa laporan keuangan yang disengaja oleh Direktur Umum PT. Dutasari Citra Laras, Machfud Soeroso. Seharusnya PT. Dutasari Citra Laras dan pihak yang terlibat harus bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas- asas etika profesi. Dimana seorang akuntan dan auditor harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Auditor PT. Dutasari Citra Laras juga kurang bertanggung jawab dan tidak melaksanakan kehati-hatian profesionalnya, ditunjukkan dengan tidak menelusuri bukti-bukti audit yang ada, sehingga tidak mengetahui terjadinya rekayasa pencatatan laporan keuangan. Auditor tersebut hanya melihat dari bukti-bukti yang diberikan oleh perusahaan dan tidak mengetahui adanya faktur pembelian fiktif. Selain itu direktur utama PT. Dutasari Citra Laras tidak menjaga integritasnya, tidak berperilaku profesional dan tidak objektif, karena telah melakukan manipulasi laporan keuangan. Rekayasa Laporan Keuangan PT. Dutasari Citra Laras dalam kasus ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat merugikan negara dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi.
Materi 2 :
Fungsi, Tugas, Tanggung Jawab, dan Hak / Kewajiban Stakeholder Perusahaan
Dalam
terjemahan bahasa indonesia, arti stakeholder adalah pemangku kepentingan atau
pihak yang berkepentingan. Stakeholder dapat dijumpai dimanapun, terutama dalam
kegiatan bisnis sehingga setiap perusahaan tidak lepas dari keberadaan tokoh
penting tersebut. Suatu perusahaan berinteraksi dengan berbagai pihak/pemangku
kepentingan mulai dari pemegang saham, hingga kepada customer sampai karyawan
bahkan dengan para supplier. Peran atau fungsi utama pemangku kepentingan atau stakeholder adalah
membantu membuat suatu kebijakan, aturan, atau proyek agar sesuai dan tercapai
dengan arah pengembangan organisasi atau perusahaan. Beberapa
contoh tanggung jawab sosial ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab sosial kepada karyawan
2. Tanggung jawab sosial kepada konsumen
3. Tanggung jawab sosial kepada supplier
4. Tanggung jawab sosial pemegang saham
5. Tanggung jawab sosial kepada lingkungan
Materi 3 :
Etika Dalam Prespektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Dari pembahasan diatas diatas dapat disimpulkan bahwa etika diperlukan dalam kegiatan bisnis, organisasi dan perusahaan karena etika bisnis mampu menunjang bertahanya suatu bisnis, organisasi/perusahaan. Etika juga dapat memberdayakan SDM secara maksimal dalam berbisnis, organisasi/perusahaan dengan diberlakukanya etika-etika dalam berbisnis dan berorganisasi yang baik dan tepat. Selain itu juga implementasi etika juga dapat dilihat dari fungsi manajemen sumber daya manusia itu sendiri.
Materi 4 :
Transparansi Sebagai Bagian Norma dan Etika Dalam Bisnis Terhadap Keuangan dan Periklanan
Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan tersebut membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnis,
baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap
masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Tanpa disadari, sejak
keberadaan kehidupan bermasyarakat, nilai-nilai yang dianggap dapat menjadikan
orang berperilaku baik dan benar merupakan sebuah kebutuhan. Pelaku bisnis sebagai
bagian dari masyarakat tidak dapat memisahkan diri dari norma0norma dan
nilai-nilai yang berlaku di kalangan bisnis. Dari segi etika bisnis, hal ini
penting karena merupakan perwujudan dari nilai-nilai moral.
Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai Perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Transparansi atau keterbukaan dapat berarti semua kebijakan atau keputusan dan informasi yang berkaitan oleh perusahaan dapat di akses dengan mudah oleh para pemangku kepentingan di perusahaan tersebut. Kalaupun ada informasi yang tidak boleh diketahui oleh publik, maka harus ada kriteria yang jelas untuk informasi tersebut.
Materi 5 :
Analisa Persediaan Bahan Baku Dengan Metode EOQ Untuk Meminimalkan Biaya Persediaan Pada UD. Kharisma Sidoarjo Tarik Sidoarjo
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan
bahan baku tertinggi menurut kebijakan perusahaan adalah pada tahun 2014 dengan jumlah masing-masing
sebesar 32.573,89 meter, dengan penggunaan rata-rata
per bulan masing-masing adalah 2.714,49 meter,
sedangkan penggunaan bahan baku terendah adalah pada tahun 2012 dengan jumlah 27.872,33 meter, dengan penggunaan rata-rata per bulan 2.322,69 meter. Penggunaan bahan baku tertinggi
terjadi pada tahun 2014, hal tersebut terjadi karena terdapat peningkatan terhadap permintaan produk.
2. Kuantitas pemesanan
bahan baku yang dihasilkan menurut
perhitungan metode Economic Order Quantity menunjukkan bahwa jumlah pemesanan
yang dilakukan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Kuantitas
pemesanan per pemesanan tertinggi
berdasarkan analisis yang telah dilakukan terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar 5.206,74 meter tiap kali memesan,
sedangkan angka terendah terjadi
pada tahun 2013, yaitu sebesar
4.357,86 meter tiap kali memesan. Berdasarkan hasil analisis, dapat
diketahui bahwa agar mencapai jumlah pemesanan
yang optimal tiap tahunnya dibutuhkan total biaya persediaan sebesar Rp 31.005.882,80 pada
tahun 2012, Rp 32.948.337,85 pada tahun 2013, dan Rp 37.745.459,94 pada tahun 2014. Sedangkan persediaan.
pengaman (safety
stock) optimal yang harus selalu tersedia di gudang sebesar pada tahun 2012 adalah 705,85 meter, pada
tahun 2013 adalah 591,88 meter serta
pada tahun 2014 adalah 613,23 meter. Sedangkan untuk reorder point, diperoleh
untuk tahun 2012 perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali pada saat persediaan di
gudang sebesar 1.267,17 meter, untuk tahun
2013 perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali pada saat persediaan di gudang sebesar
1.267,44 meter, sedangkan
untuk 2014 perusahaan harus melakukan pemesanan
bahan baku kembali
pada saat persediaan di gudang sebesar 1.435,12 meter.
1. Terjadi
perbedaan yang cukup besar antara kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode Economic Order Quantity dalam
hal kuantitas pembelian bahan baku yang dilakukan per
pemesanan dan jumlah frekuensi pemesanan.
Selisih pembelian bahan baku terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 1.437,77 meter, sedangkan
selisih yang terkecil yaitu terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar
1.195,89 meter. Adapun selisih frekuensi
pembelian bahan baku tidak terdapat perbedaan kecuali frekuensi
pembelian pada tahun 2012. Adapun
selisih total biaya persediaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan metode Economic Order Quantity terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu Rp 5.573.822,78, sedangkan selisih
tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu Rp 6.561.584,35. Hal ini berarti
apabila perusahaan menggunakan
metode Economic Order Quantity, maka
biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan perusahaan dapat menghemat pengeluaran terutama dari segi biaya persediaan.
Materi 6 :
Membangun Solidaritas Untuk Memperkuat Organisasi / Perusahaan Dengan Cara Membentuk Serikat Pekerja
Serikat pekerja yaitu
organisasi yang dibentuk dari,oleh,dan untuk pekerja atau buruh baik di
perusahaan maupun diluar perusahan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi
hak dan kepentingan pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja
atau buruh dan keluargannya. Bukan hanya memperjuangkan serta melindungi hak
para pekerja saja, serikat bekerja juga berfungsi sebagai jembatan antara
perusahaan dan pekerja, serta tugas serikat pekerja juga menjaga hubungan yang
baik antara serikat pekerja dengan perusahaan atau antara pekerja dengan
perusahaan. oleh sebab itu dengan adanya serikat pekerja, dapat membantu
pekerja untuk mendapatkan haknya sehingga kesejahteraan pekerja dan keluarganya
pun terjamin. Bukan hanya pekerja saja yang mendapatkan kesejahteraan,
kesejahteraan dan kelangsungan perusahaanpun akan diperoleh karena adanya
semangat kerja, dan produktivitas tinggi dari pekerja.
Materi 7 :
Pengaruh Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan
Budaya organisasi adalah nilai, kebiasaan
dan kepercayaan bersama yang berkembang dalam suatu organisasi sehingga
dijadikan pedoman. Budaya organisasi berperan dalam menetapkan pedoman/standar
perilaku dan menciptakan komitmen anggota terhadap organisasi. Karakteristiknya
ialah inovasi dan berani mengambil resiko, perhatian kepada hal-hal detail,
berorientasi terhadap tim, berorientasi terhadap manusia, berorientasi terhadap
hasil, agresifitas dan stabilitas.
Budaya organisasi yang kuat dapat memperlancar,
membangun dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat struktural yang
terdapat pada organisasi. Contohnya, budaya bekerja sama yang akan mendorong
lahirnya suatu koordinasi. Dengan adanya perilaku pegawai yang mudah untuk
berkerjasama, maka akan tercipta proses koordinasi antar unit kerja yang mudah.
Di sisi lain, struktur organisasi dapat menciptakan budaya baru di sebuah
organisasi. Rutinitas-rutinitas pekerjaan di suatu unit kerja dari waktu ke
waktu akan mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Rutinitas dan pola
kerja yang baru akan menciptakan suatu budaya baru di sebuah organisasi. Dengan
demikian, semakin kuat budaya suatu organisasi maka semakin baik kualitas dan
kinerja organisasinya dan keduanya sama-sama memiliki pengaruh bagi
keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar